Depok Kota Kita,- Siap maju menjadi calon Wali kota Depok tahun 2024, Kaesang Pangarep, Putra Joko Widodo Presiden menjadi kontroversi. Wali kota Depok Mohammad Idris memberi peringatan keras. Pengamat menilai reaksi Idris sebagai ekspresi kepanikan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kamis, (29/06/2023).
Langkah putra bungsu Presiden Jokowi maju sebagai kandidat wali kota Depok terbilang berani. Bukan hanya karena ini merupakan lompatan awal kariernya dalam politik, yang lebih mengejutkan adalah pemilihan wilayah kontestasi merupakan basis suara PKS.
Nekad atau berani? Berikut ulasan media Kota Kita.
Setara Institute melabeli kota Depok sebagai kota Intoleran ke-2 di Indonesia. Dalam survey yang bertajuk Indeks Kota Toleran (IKT) 2022, Depok memperoleh skor 3.610 poin dengan 4 indikator penilaian, yaitu regulasi pemerintahan kota, regulasi sosial, tindakan pemerintah, dan demografi sosio-keagamaan.
Secara politik, Kota ini berada dalam dominasi PKS selama dua dekade terakhir. Sejak tahun 2004, PKS memang partai yang menguasai lebih dari 10 kursi legislatif kota Depok. Meskipun, pada periode 2014-2019 suara PKS terjun bebas dan kehilangan separuh kursinya di legislatif. Namun, di Pemilu 2019, PKS kembali memperoleh 12 kursi dari 50 kursi DPRD Kota Depok.
Tak dipungkiri, dominasi PKS yang akan dilawan oleh Kaesang memang akan menjadi pertaruhan yang berat. Meski demikian, jika merujuk kepada hasil rekapitulasi final KPU tentang angka Golput di Pilkada Depok lalu, peluang kemenangan Kaesang juga terbuka lebar.
Bagaimana tidak, angka Golput di Pilkada Depok melebihi suara yang diperoleh oleh pasangan Idris-Imam yang diusung PKS dalam Pilkada lalu. Dari data yang dirilis KPU, pasangan ini menang dengan perolehan suara 415.657. Sementara suara Golput dan suara tidak sah mencapai hingga 492.111 suara.
Meski hanya memiliki satu kursi di DPRD Kota Depok, peluang ini dimanfaatkan maksimal Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai yang identik dengan anak muda ini, adalah satu-satunya partai yang berani mendeklarasikan dan mengusung kemantapan hati Kaesang maju pada Pilkada Depok.
Terkait niatan PSI mengusung Kaesang di Pilkada Depok, M. Idris, Wali Kota Depok, memberi peringatan keras. Menurutnya, karakteristik masyarakat Depok berbeda dengan masyarakat yang ada di Jawa.
“jangan coba-coba jadi calon wali kota di Depok kalau belum memahami tentang karakter Depok,” kata Idris dalam wawancara doorstop pada wartawan.
Merespon pernyataan Idris, wakil ketua DPD PSI Kota Depok, Icuk Purnama Putra, menilai apa yang dilakukan Idris selama satu dekade kepemimpinannya minim terobosan dan ide.
“Setahu saya kalau jadi wali kota, dia harusnya punya ide-ide gagasan baru. Tidak hanya mengadministrasikan saja. Kan yang sekarang terlihat adalah hanya bertugas secara admisntratif sebagai wali kota, jadi sifatnya malah kayak Plt wali kota,” jelas Icuk, Rabu (28/6/2023).
Pernyataan Mohammad Idris soal calon wali kota haruslah yang mengerti karakter dan masalah di Depok, ditanggapi dengan menyebutkan berbagai masalah yang masih membayangi daerah ini. Seperti masalah penanganan sampah hingga banjir.
“Kalau dia bilang sudah belasan tahun mimpin, tapi kok nggak bisa nuntasin juga? Berarti kan bisa jadi nggak tahu Depok,” ujarnya.
Ade Armando, pengamat politik sekaligus Caleg PSI, dalam twittwernya justru menilai reaksi Wali Kota Depok sebagai bentuk kepanikan PKS. Kepanikan yang bisa saja didasari hitung-hitungan di atas kertas.
“PKS panik Kaesang akan maju jadi calon walikota Depok,” tulis Ade di twetter nya.
Akankah Kaesang mampu merebut hati masayrakat dan suara Golput demi terwujudnya wajah baru kota Depok. Setidaknya menuju kota yang lebih toleran. Dalam dunia politik apapun dapat terjadi. (Red)